
Minyak Tergelincir! Ditengah Tensi Dagang AS-China
Harga Minyak turun pada hari Rabu (15/10) ke level terendah dalam lima bulan karena meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta prediksi surplus pasokan Minyak oleh Badan Energi Internasional (IEA) pada tahun 2026.
Kontrak berjangka Minyak mentah Brent turun 48 sen, atau 0,8%, dan ditutup pada $61,91 per barel. Sementara itu, Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 43 sen, atau 0,7%, menjadi $58,27 per barel. Ini merupakan penutupan terendah untuk kedua patokan harga tersebut sejak 7 Mei, dan terjadi selama dua hari berturut-turut.
Sementara Bank of America menyatakan bahwa harga Brent bisa jatuh di bawah $50 per barel jika ketegangan dagang AS-Tiongkok terus meningkat sementara produksi OPEC+ terus bertambah
Dua negara dengan konsumsi Minyak terbesar di dunia ini kembali memanaskan perang dagang dalam sepekan terakhir, dengan AS dan Tiongkok saling memberlakukan Tarif pelabuhan tambahan terhadap kapal-kapal yang mengangkut barang antar keduanya. Langkah balas membalas ini berpotensi mengganggu arus pengiriman global.
Pekan lalu, Tiongkok mengumumkan akan memperketat kontrol ekspor logam tanah jarang (rare earth), dan Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan Tarif terhadap barang-barang Tiongkok hingga 100% serta memperketat ekspor perangkat lunak mulai 1 November.
Kemarin Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan bahwa Washington tidak ingin memperburuk konflik dagang, dan menambahkan bahwa Trump siap bertemu Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan akhir bulan ini.
Tekanan deflasi terus berlangsung di Tiongkok, dengan harga konsumen dan produsen mengalami penurunan pada bulan September. Lesunya Pasar properti dan ketegangan dagang juga turut menekan ekonomi.
Ketegangan yang kembali meningkat ini menjadi risiko signifikan bagi prospek ekonomi global, sehingga semakin penting bagi Federal Reserve AS untuk memangkas suku bunga acuannya, kata Gubernur The Fed Stephen Miran pada hari Rabu. Kebijakan ekonomi yang lebih longgar dapat mendorong pertumbuhan dan permintaan terhadap Minyak.
Penjualan ritel AS, jika tidak termasuk kendaraan bermotor dan suku cadangnya, diperkirakan kembali mencatat kenaikan pada bulan September, menurut data dari Federal Reserve Chicago. Namun, sebagian kenaikan tersebut kemungkinan disebabkan oleh harga yang lebih tinggi.
Pada hari Selasa, IEA menyatakan bahwa Pasar Minyak global bisa menghadapi surplus hingga 4 juta barel per hari pada tahun depan lebih besar dari perkiraan sebelumnya karena OPEC+ dan produsen lainnya meningkatkan produksi sementara permintaan tetap lesu.(yds)
Sumber: Reuters
Analisis Komprehensif Pasar Minyak
Pasar Minyak dunia mengalami dinamika yang kompleks dipengaruhi faktor supply-demand, geopolitik, dan kebijakan energi global.
Faktor Penentu Harga Minyak
- Kebijakan OPEC+: Kuota produksi dari kartel Minyak mempengaruhi supply global.
- Data Inventori AS: Laporan mingguan EIA menjadi indikator penting demand.
- Tensi Timur Tengah: Stabilitas kawasan produsen Minyak utama.
- Permintaan Global: Pemulihan ekonomi pasca-pandemic mempengaruhi konsumsi.
Panduan Analisis Pasar Keuangan
Untuk sukses dalam trading dan investasi, penting untuk memahami berbagai alat analisis yang tersedia:
analisis fundamental
Analisis fundamental melibatkan studi mendalam tentang kondisi ekonomi, kebijakan moneter, dan faktor makro yang mempengaruhi Pasar. Tools seperti kalender ekonomi dan laporan fundamental menjadi kunci.
Analisis Teknikal
Analisis teknikal menggunakan data harga historis dan volume untuk memprediksi pergerakan masa depan. Indikator seperti moving average, RSI, dan MACD sering digunakan oleh trader.
Manajemen Risiko
Implementasi manajemen risiko yang tepat, termasuk position sizing dan stop-loss, sangat penting untuk keberlanjutan trading dalam jangka panjang.
