Dolar AS menuju performa mingguan terburuk sejak akhir Juli pada hari Jumat (3/10), seiring meningkatnya ketidakpastian akibat penutupan pemerintahan AS. Sementara itu, yen Jepang terkoreksi dari level tertingginya minggu ini saat pelaku Pasar mencermati langkah selanjutnya dari Bank of Japan (BOJ) menjelang pemilihan pimpinan partai berkuasa akhir pekan ini.
indeks Dolar, yang mengukur kekuatan Dolar terhadap sekeranjang mata uang utama, turun 0,1% ke 97,74. Euro naik 0,2% ke $1,17358, sedangkan poundsterling menguat 0,2% ke $1,3467.
“Kita sedang mengalami penutupan pemerintahan di AS yang memang tidak berdampak praktis secara langsung… namun bagi pelaku Pasar, ini berarti kita tidak mendapatkan rilis data penting seperti biasanya, seperti data ketenagakerjaan non-pertanian (non-farm payrolls) hari ini,” kata Michael Brown, analis senior di Pepperstone.
“Saya rasa itu sebabnya Pasar bergerak sangat lesu hari ini.”
Meskipun data ISM dijadwalkan rilis dari AS hari ini, Brown mengatakan bahwa ia tidak memperkirakan data itu akan memberikan pengaruh besar pada Pasar.
Yen Melemah Tipis, Tapi Masih Catat Penguatan Mingguan
Yen Jepang turun 0,1% ke 147,44 per Dolar, setelah sempat turun sebanyak 0,4% sebelumnya. Namun, yen tetap dalam jalur Penguatan 1,4% minggu ini, yang menjadi kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Mei.
Pelemahan yen terjadi setelah Gubernur BOJ Kazuo Ueda menyampaikan pandangan hati-hati tentang kondisi ekonomi global, yang menurunkan ekspektasi akan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Pasar juga mencermati pemilihan pemimpin Partai Demokrat Liberal Jepang (LDP) yang akan menentukan Perdana Menteri Jepang berikutnya.
Pelaku Pasar juga memantau dengan seksama sejumlah pidato pejabat BOJ minggu ini, setelah survei Tankan dari BOJ pada Rabu lalu menunjukkan bahwa kepercayaan di kalangan produsen besar meningkat untuk kuartal kedua berturut-turut.
Wakil Gubernur Shinichi Uchida pada Kamis menyatakan bahwa suasana bisnis terus membaik dan keuntungan perusahaan masih tinggi, meskipun ekspor dibebani oleh Tarif dari AS.
Namun pada hari Jumat, Gubernur Ueda kembali menekankan bahwa faktor global, khususnya kondisi ekonomi AS, dapat memengaruhi jalur pertumbuhan upah dan harga di Jepang.
Ekonom dari Goldman Sachs dalam catatannya menyebut bahwa pidato Ueda “mendukung pandangan kami bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga pada Oktober sangat rendah.”
Pasar AS dan Ekspektasi Pemangkasan suku bunga
Di AS, laporan dari Federal Reserve Chicago yang menggabungkan data privat dan publik menunjukkan bahwa tingkat pengangguran bulan September diperkirakan tetap di 4,3%, sama seperti bulan Agustus. Ini menunjukkan bahwa kenaikan pengangguran yang dikhawatirkan belum terjadi.
Namun, rincian laporan tersebut, bersama dengan data lainnya, menunjukkan kelesuan di Pasar tenaga kerja. Laporan ketenagakerjaan nasional ADP pada hari Rabu menunjukkan bahwa penggajian swasta turun 32.000 pada bulan September, meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dua kali lagi tahun ini.
Pelaku Pasar saat ini memperkirakan hampir pasti (99%) akan ada pemangkasan suku bunga 25 basis poin oleh The Fed pada pertemuan Oktober, dan 89% kemungkinan akan ada pemangkasan tambahan pada bulan Desember, menurut CME FedWatch Tool.
Presiden Fed Dallas, Lorie Logan, pada Kamis mengatakan bahwa pemangkasan suku bunga bulan lalu dilakukan secara tepat untuk mengantisipasi risiko penurunan tajam di Pasar tenaga kerja. Namun, ia menyatakan bahwa sejauh ini perlambatan berjalan secara bertahap, dan ia tidak tergesa-gesa untuk memangkas suku bunga lebih lanjut.
Pernyataan dari Bank Sentral Global
Sementara itu, beberapa pejabat bank sentral dari The Fed, ECB, dan Bank of England dijadwalkan memberikan pidato dalam simposium perpisahan Gubernur Bank Sentral Belanda, Klaas Knot, termasuk Presiden ECB Christine Lagarde dan Gubernur BoE Andrew Bailey. (yds)
Sumber: Reuters.com
