OPEC+ kembali bermain hati-hati. Untuk bulan kedua berturut-turut, kelompok produsen Minyak terbesar dunia ini hanya menambah pasokan sebesar 137.000 barel per hari—angka yang jauh lebih kecil dari ekspektasi Pasar. Meski Arab Saudi dan Rusia sempat beda pandangan, keputusan ini menandakan bahwa mereka masih mencoba menjaga keseimbangan antara mempertahankan harga dan merebut kembali pangsa Pasar.
Tapi langkah itu datang di saat yang kurang ideal. Pasar Minyak global mulai kebanjiran suplai, dengan cadangan Minyak terus bertambah dan permintaan dunia diprediksi melambat. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), surplus besar akan terjadi pada 2026, dengan pasokan melampaui permintaan hingga jutaan barel per hari. Bahkan, harga Brent sempat anjlok ke level terendah empat bulan sebelum rebound tipis ke $65-an.
Sementara itu, perbedaan sikap antara Rusia dan Arab Saudi menjadi sorotan. Rusia ingin menjaga harga tetap tinggi, sementara Saudi mulai agresif ingin merebut kembali Pasar yang hilang ke produsen seperti AS, Brasil, dan Kanada. Tapi kenyataannya, hanya Saudi yang punya kapasitas produksi cadangan cukup besar — sebagian negara OPEC+ lain terkendala infrastruktur dan sanksi.
Dengan tren cadangan Minyak global yang terus membengkak, Pasar menganggap sinyal ini sebagai bentuk “kewaspadaan ekstrem” dari OPEC+. Harga Minyak mungkin belum jatuh bebas, tapi tren-nya mengarah ke bawah. Jika tidak ada gangguan besar dari sisi geopolitik atau kejutan permintaan, analis memprediksi harga bisa tembus ke bawah $60 dalam waktu dekat. Saat berita ini ditulis harga Brent dikisaran $64.34/ barel dan WTI $61/ barel. (Ads)
Sumber : Newsmaker.id
