Harga Emas tetap stabil di sekitar $3.321 per ons pada perdagangan hari Selasa di Asia, setelah mengalami penurunan 0,7% pada hari sebelumnya. Penurunan itu terjadi akibat Penguatan Dolar AS yang membuat Emas menjadi lebih mahal bagi pembeli global. Lonjakan Dolar dipicu oleh kekhawatiran baru terkait Tarif 15% yang mungkin dikenakan AS terhadap ekspor dari Eropa, yang dikhawatirkan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.
Investor saat ini sedang bersiap menghadapi tiga faktor besar yang memengaruhi Pasar: keputusan suku bunga Federal Reserve, serangkaian data ekonomi utama seperti inflasi dan lapangan kerja, serta perkembangan negosiasi perdagangan antara AS dan negara mitranya. Menjelang tenggat waktu 1 Agustus, beberapa negara seperti Korea Selatan dan Brasil masih berusaha mencapai kesepakatan dagang dengan AS untuk menghindari Tarif tambahan.
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan bahwa perpanjangan gencatan senjata dagang 90 hari antara AS dan Tiongkok merupakan kemungkinan yang terbuka. Sementara itu, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga saat ini dalam keputusan kebijakan hari Rabu, namun beberapa anggota komite kemungkinan akan menyuarakan ketidaksetujuan. Jika suku bunga diturunkan dalam waktu dekat, hal ini bisa menjadi sentimen positif bagi Emas karena logam mulia ini tidak memberikan bunga dan lebih menarik saat biaya pinjaman rendah.
Sepanjang tahun ini, Harga Emas telah naik lebih dari 25% karena meningkatnya ketidakpastian global, termasuk konflik di Ukraina dan Timur Tengah, serta tekanan dari kebijakan dagang agresif Presiden Trump. Namun, sejak mencapai rekor tertinggi di atas $3.500 per ons pada April lalu, Harga Emas cenderung bergerak dalam kisaran sempit. Di sisi lain, Perak dan paladium terpantau melemah, sementara platinum stagnan. Para analis memperkirakan volatilitas Harga Emas akan meningkat dalam beberapa hari ke depan seiring perkembangan kebijakan dan data ekonomi yang akan dirilis.(ayu)
Sumber: Newsmaker.id

By IT EF