Harga Perak kembali merosot dari puncak tertinggi hampir 14 tahun pada hari Kamis (24/7), diperdagangkan dibawah $39,40 per troy ounce. Meskipun masih berada di dekat level tertinggi sejak September 2011, ini merupakan koreksi wajar setelah reli sedang berjalan. Penguatan imbal hasil Obligasi dan Dolar AS sedikit menahan laju kenaikan, namun secara tahunan logam putih ini masih mencatat lonjakan lebih dari 36%—memimpin dibanding Emas yang naik sekitar 31%.
Alasan utama kenaikan harga Perak adalah keketatan pasokan yang terus berlangsung. Surplus pasokan telah menyusut selama lima tahun berturut-turut, menciptakan defisit struktural di Pasar. Selain itu, meningkatnya permintaan industri—terutama untuk aplikasi di sektor elektronik, sel surya, dan kendaraan listrik—semakin mengoreksi fundamental penawaran dan permintaan. Investor juga semakin memandang Perak sebagai alternatif aset safe-haven yang lebih terjangkau dibanding Emas di tengah ketidakpastian kebijakan Tarif AS.
Meski ada tekanan dari data ekonomi AS yang kuat seperti klaim pengangguran dan Flash Manufaktur PMI – yang sedikit menahan momentum Perak, prospeknya tetap optimistis. Para analis memproyeksi potensi kenaikan ke US $42–45 per ounce akhir tahun ini, meski kemungkinan ada koreksi sementara ke level $35 saat Pasar mengoreksi posisi. Fundamental yang solid dan kelangkaan pasokan mendasari ekspektasi bahwa tren bullish jangka menengah tetap bertahan. (Arl)
Sumber : newsmaker.id
