Harga Emas terus melemah setelah sebelumnya turun 1,3%, dipicu oleh optimisme Pasar terhadap kemajuan kesepakatan dagang antara AS dan mitra dagangnya. Emas spot diperdagangkan di sekitar $3.389,77 per ons pada pagi hari waktu Singapura, mendekati level terendah minggu ini. Penurunan ini terjadi setelah laporan bahwa Uni Eropa siap menerima Tarif 15% atas sebagian besar barang ekspor ke AS, menyusul kesepakatan serupa dengan Jepang, yang juga menjanjikan investasi sebesar $550 miliar.
Kondisi ini menekan minat terhadap Emas sebagai aset safe haven, sementara imbal hasil Obligasi AS (Treasury) naik untuk pertama kalinya dalam enam hari. Kenaikan imbal hasil menjadi hambatan bagi Emas, yang tidak memberikan bunga. Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump tetap mengancam akan memberlakukan Tarif sebesar 15% hingga 50% pada negara-negara seperti Korea Selatan dan India jika kesepakatan tidak tercapai sebelum tenggat 1 Agustus. Para pelaku Pasar juga menanti kejelasan negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok.
Di Pasar suku bunga, pelaku Pasar memperkirakan Federal Reserve akan menahan suku bunga dalam pertemuan minggu depan, namun peluang pemangkasan suku bunga seperempat poin pada September mencapai 60%. suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung harga Emas, karena menurunkan opportunity cost dari kepemilikan logam mulia ini. Sepanjang tahun 2025, harga Emas telah naik sekitar 30% akibat ketegangan geopolitik dan kebijakan dagang global yang tidak menentu.
Sementara Emas bertahan di kisaran ketat, logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan berbeda. Platinum mengalami kenaikan, sementara paladium justru turun. Perak sempat menyentuh level tertinggi sejak 2011 pada hari Rabu sebelum akhirnya melemah tipis. Permintaan industri terhadap Perak, khususnya dalam teknologi energi bersih seperti panel surya, tetap tinggi. Kenaikan biaya pinjaman dan peningkatan kepemilikan ETF turut mengurangi pasokan Perak yang tersedia secara bebas di Pasar.(ayu)
Sumber: newsmaker.id

By IT EF